Rabu, 30 September 2015

BAGAIMANA CARA MENGINGAT DAN MELUPAKAN SESUATU



BAGAIMANA CARA MENGINGAT DAN MELUPAKAN
Disusun oleh:
Nama                     : PUTRI AYU N S
NPM                      : 156210578
KELAS                  : 1C
TUGAS                 : TIGA
NAMA DOSEN    : ERMAWATI .S,S.pd., M. A
MATA KULIAH   : LINGUISTIK UMUM
                                         
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2015


Bagaimana cara mengingat dan melupakan sesuatu?
Mengingat atau menghafal adalah tahapan kognitif.suatu kejadian atau hal-hal tertentu dapat bisa di ingat dan di simpan.dalam suatu informasi masuk dalam long term memory, aspek yang mendukung untuk mengingat sesuatu seperti interksi dan intensitas dalam interaksi. Dan bagaimana kita melupakan sesuatu jawaban nya simple kita tidak perlu mengingatnya kembali. Karna apabila kita mengingatnya pasti kita akan mengingat apa yang diingat.

Kamis, 10 September 2015

BAHASA ITU MANUSIAWI



BAHASA ITU MANUSIAWI
Disusun oleh:
Nama                      : PUTRI AYU N S
NPM                       : 156210578
KELAS                  : 1C
TUGAS KE           : PERTAMA
NAMA DOSEN     : ERMAWATI .S,S.pd., M. A
MATA KULIAH   : LINGUISTIK UMUM
                                         
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2015
3.2.12  Bahasa itu manusiawi

Alat komunikasi manusia berbeda dengan binatang. Alat komunikasi binatang bersifat tetap, statis. Sedangkan alat komunikasi manusia, yaitu bahasa bersifat produktif dan dinamis. Maka, bahasa bersifat manusiawi dalam arti bahasa itu hanya milik manusia dan hanya dapat di gunakan oleh manusia.
Bahasa itu manusiawi bahasa bisa mempersatukan individu ke individu lainnya, karna tanpa bahasa manusia tidak bisa berinteraksi satu sama lainnya. Manusia berinteraksi menggunakan bahasa tetapi hewan juga mempunyai bahasanya sendiri. Kalau di dunia ini tidak ada bahasa maka bagai mana manusia akan berinteraksi satu sama lainnya. Manusia juga di sebutkan sebagai homo sapien’makhluk yang berpikir’ homo sosio’mkhluk yang bermasyarakat’homo faber’makhluk pencipta alat-alat’ dan juga animal rationale’makhluk rasional yang berakat budi’.

BAHASA DAN FAKTOR LUAR BAHASA




BAHASA DAN FAKTOR LUAR BAHASA
Disusun oleh:
Nama                      : PUTRI AYU N S
NPM                       : 156210578
KELAS                  : 1C
TUGAS KE           : DUA
NAMA DOSEN     : ERMAWATI .S,S.pd., M. A
MATA KULIAH   : LINGUISTIK UMUM

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2015

3.3 BAHASA DAN FAKTOR LUAR BAHASA
Disebutkan bahwa objek kajian lingustik makro adalah struktur intem bahasa atau sosok bahasa itu sendiri; sedangkan kajian linguistik makro adalah bahasa dalam hubungannya dengan faktor-faktor di luar bahasa. Kira nya yang di maksud denagn faktor-faktor di luar bahasa itu tidak lain dari pada segala hal yang berkaitan dengan kegiatan manusia di dalam masyarakat, sebab tidak ada kegiatan yang tanpa hubungan dengan bahasa. Yang ingin di bicarakan dan memang erat kaitannya dengan bahasa adalah masalah bahasa dalam kaitannya dengan kegiatan sosial di dalam masyarakat atau lebih jelasnya, hubungan bahasa dengan masyarakat itu.

3.3.1 masyarakat bahasa
Yang di maksud masyarakat bahasa adalah sekelompok orang yang merasa menggunakan yang sama. Secara linguistik bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia adalah bahasa yang sama, karena kedua bahasa itu banyak sekali persamaan nya, sehingga orang Malaysia dapat mengerti dengan baik akan bahasa eIndonesia, dan sebaliknnya orang Indonesia dapat pula mengerti dengan baik bahasa Malaysia. Jadi, dalam kasus ini ada dua masyarakat bahasa, yaitu masyarakat bahasa Indonesia dan masyarakat bahasa Malaysia. Contoh lain, ahasa Denmark, bahasa swedia, dan bahasa norwegia.
Orang Indonesia pada umumnnya adalah bilingual, yaitu mnggunakan bahasa Indonesia dan menggunakan bahasa daerahnya, dan kebanyakan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua,  Tetapi menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pertama.
Yang lebih unik adalah masyarakat bahasa cina. Orang-orang cina menjadi anggota masyarakat bahasa cina adalah dalam bahasa tulis, bukan dalam bahasa lisan. Secara tertulis mereka dapat berkomunikasi, sedangkan secara lisan belum tentu, karna sesungguhnya yang disebut bahasa cina itu banyak dan berbeda-beda. Sistem aksara mereka yang disebut aksara piktrogram memungkinkan mereka untuk bias saling berkomunikasi.





3.3.2 variasi dan status sosial bahasa
Yang pertama adalah variasi bahasa tinggi (biasa di singkat variasi bahasa T), dan yang lain variasi bahasa rendah (biasanya disingkat R). variasi T digunakan dalam situasi-situasi resmi, seperti pidato kenegaraan. Sedangkan variasi R digunakan dalam situasi tidak formal seperti di rumah. Keadaan ini, adanya pembedaan variasi bahasa T dan variasi bahasa R disebut dengan istilah diglosia (ferguson 1964).
Variasi bahasa yunani T disebut katherevusa dan variasi bahasa yunani R disebut dhimotiki. Variasi bahasa arab T disebut al-fusha dan variasi bahasa arab R di sebut ad-darij.


3.3.3  Penggunaan Bahasa
Umpamanya dalam bahasa Indonesia ada di sebutkan bahwa kata ganti orang kedua dalam bahasa Indonesia adalah kamu dan engkau. Kenyataannya, secara social kedua kata ganti itu tidak dapat dipakai untuk menyapa orang kedua yang lebih tua atau yang di hormati. Kedua kata ganti itu, kamu dan engkau, hanya dapat digunakan untuk orang kedua yang sebaya, lebih muda, atau kedudukan social lebih rendah. Akibatnya, kedua kata ganti itu jarang dipakai, meskipun dalam kaidah ada.
Hymes (1974) seorang pakar sosiolinguistik mengatakan, bahwa suatu komunikasi dengan menggunakan bahasa harus memperhatikan delapan unsure, yang diakronimkan menjadi SPEAKING, yakni:
1)      Setting and scene, yaitu unsure yang berkenaan dengan tempat dan waktu terjadinya percakapan
2)      Participants, yaitu orang-orang terlibat dalam percakapan
3)      Ends, yaitu maksud dan hasil percakapan
4)      Act sequences, yaitu hal yang menunjuk pada bentuk dan isi percakapan
5)      Key, yaitu yang menunjuk pada cara atau semangat dalam melaksanakan percakapan
6)      Instrumentalities, yauitu yang menunjuk pada jalur percakapan apakah secara lisan atau bukan
7)      Norms, yaitu yang menunjuk pada norma perilaku peserta percakapan
8)      Genres, yaitu yang menunjuk pada kategori atau ragam bahasa yang digunakan


3.3.4  Kontak Bahasa
Dalam masyarakat yang terbuka, artinya yang para anggotanya dapat menerima kedatangan anggota dari masyarakat lain, baik dari satu atau lebih dari masyarakat, akan terjadilah apa yang disebut kontak bahasa. Hal yang sangat menonjol yang bias terjadi dari adanya kontak bahasa ini adalah terjadinya atau terdapatnya yang disebut bilingualism dan multilingualisme dengan berbagai macam kasusnya, seperti interferensi, integrasi, alihkode, dan campurkode. Sebagai contoh kita ambil keadaan linguistik di Indonesia
Indonesia adalah Negara yang multilingual. Namun di samping itu banyak pula yang hanya menguasai satu bahasa. Orang yang hanya menguasai satu bahasa disebut monolingual, unilingual, atau monoglot yang menguasi dua bahasa disebut bilingual sedangkan yang menguasai lebih dari dua bahasa disebut multilingual, pluriligual, atau poliglot
Uriel weinrich (1968) mengartikan sebagai pemakaian dua bahasa oleh seseorang secara bergantian sedangkan Einar Haugen (1966) mengartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan tuturan yang lengkap dan bermakna dalam bahasa lain, yang bukan bahasa ibunya.


3.3.5  bahasa dan budaya
Satu lagi yang menjadi objek kajian linguistik makro adalah mengenai hubungan bahasa dengan budaya atau kebudayaan. Dalam sejarah linguistik ada suatu hipotesis yang sangat terkenal mengenai hubungan bahasa dan kebudayaan ini. Hipotesis ini dikeluarkan oleh dua pakar, yaitu Edward sapir dan Benjamin lee whorf (Dan oleh karena itu disebut hipotesis sapir-whorf) yang menyatakan bahwa bahasa mempengaruhi lebudayaan.
Kenyataan juga membuktikan, masyarakat yang kegiatannya sangat terbatas, seperti masyarakat suku-suku bangsa yang terpencil, hanya mempunyai kosakata yang juga terbatas jumlahnya. Sebaliknya, masyarakat yang terbuka yang anggota-anggota masyarakatnya mempunyai kegiatan yang sangat luas, memiliki kosakata yang sangat banyak. Bandingkanlah, alam kamus inggris webster’s terdaftar lebih dari 600.000 buah kata sedangkan kamus besar bahasa Indonesia tidak lebih dari 60.000 buah kata


3.4  KLASIFIKASI BAHASA
Sudah disebutkan bahwa bahasa bersifat universal di samping juga unik. Jadi, bahasa-bahasa yang didunia ini di samping ada kesamaannya ada juga perbedaannya, atau ciri khasnya masing-masing. Seblum abad ke XX hal ini belum banyak di sadari orang. Namun, di eropa dengan berkembangnya studi linguistik historis komparatif, studi yang mengkhusus pada telah perbandingan bahasa,maka orang mulai membuat klasifikasi terhadap bahasa-bahasa yang ada di dunia ini
3.4.1  Klasifikasi Genetis
Klasifikasi genetis, disebut juga kasifikasi geneologis, di lakukan berdasarkan garis keturunan bahasa-bahasa itu. Artinya, suatu bahasa berasal atau di turunkan dari bahasa yang lebih tua. Menurut  teori klasifikasi genetis ini, suatu bahasa proto (bahasa tua, bahasa semula) akan pecah dan menurunkan dua bahasa baru atau lebih. Umpamanya, katakanlah ada bahasa proto A. bahasa A ini, misalnya, terpecah dan menurunkan tiga bahasa baru, yaitu bahasa A1, A2, dan A3. Kemudian bahasa-bahasa A1, A2, dan A3 ini pecah lagi dan menurunkan bahasa-bahasa baru.
Karena itulah, penemu teori ini, yaitu A.Schleicher, menamakan teori batang pohon (bahasa jerman stammbaumtheorie). Teori ini yang di kemukakan pada tahun 1866, kemudian di lengkapi oleh J.Schmidt dalam tahun 1872 dengan teori gelombang (bahasa jerman: wellentheorie). Maksud teori gelombang ini adalah bahwa perkembangan atau perpecahan bahasa itu dapat di umpamakan seperti gelombang yang disebabkan oleh sebuah batuyang di jatuhkan ke tengah kolam.
Klasifikasi genetis di lakukan berdasarkan kriteria bunyi dan arti, yaitu atas kesamaan bentuk (bunyi) dan makna yang dikandungnya.oleh karena itu, klasifikasi genetis bias dikatakan merupakan hasilperkerjaan linguistic historis komparatif. Klasifkasi genetis ini, karena hanya menggunakan satu kreteria, yaitu garis keturunan atau dasar sejarah perkembangan yang sama, maka sifatnya menjadi nonarbitrer
Sejauh ini, hasil klasifikasi yang telah dilakukan dan banyak di terima orang secara umum, adalah bahwa bahasa-bahasa yang ada di dunia ini terbagi dalam sebelas rumpun besar. Lalu, setiap rumpun dapat dibagi lagi atas subrumpun, dan sub-subrumpun yang lebih kecil. Kesebelas rumpun itu adalah:


1.      Rumpun indo eropa, yakni bahasa-bahasa german, indo-iran, Armenia,baltik, slavik, roaman, keltik, dan gaulis
2.      Rumpun hamito-semit atau afro-asiatik, yakni bahasa-bahasa kopyis, berber, kushid, chad yang termasuk dalam subrumpun hamit; dan bahasa arab, etiopik, dan ibrani yang termasuk subrumpun semit
3.      Rumpun chari-nil, yakni bahasa-bahsa Swahili, bantuk dan khoisan
4.      Rumpun dravida, yaitu bahasa-bahasa telugu, tamil, kanari, dan Malayalam
5.      Rumpun Australia (disebut juga melayu polinesia), yakni bahasa-bahasa Indonesia (melayu, Austronesia barat), Melanesia, mikronesia, dan polinesia
6.      Rumpun kaukasus
7.      Rumpun finno-ugris, yaitu bahasa-bahasa hungar, lapis, dan samoyid
8.      Rumpun peleo asiatis atau hiperbolis, yaitu bahasa-bahasa yang terdapat di seberia timur
9.      Rumpun ural-altai, yaitu bahasa-bahasa mongol, Manchu, tungu, turki, korea, dan jepang
10.  Rumpun sino-tibet, yakni bahasa-bahasa yenisei, ostyak, tibeto, Burma, dan cina
11.  Rumpun bahasa-bahasa Indian, yakni bahasa-bahasa Eskimo, aleut, na-dene, algonkin, wakshan, hokan, Sioux, penutia, aztek-tanoan, dan sebagainya
Untuk mengetahui dimana letak bahasa-bahasa itu, lihatlah misalnya, international encyclopedia of linguistics oleh William bright (1992).

4.4.2  Klasifikasi Tipologis
Klasifikasi tipologis dilakukan berdasarkan kesamaan tipe atau tipe-tipe yang terdapat pada sejumlah bahasa. Tipe ini merupakan unsur tertentuyang dapat timbul berulang-ulang dalam suatu bahasa. Klasifikasi pada tataran morfologi yang telah di lakukan pada abad XIX secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
Kelompok pertama, adalah yang semata-mata menggunakan bentuk bahasa sebagai dasar klasifikasi. Yang mula-mula mengusulkan klasifikasi morfologi ini adalah fredrich von schlegel.dia membagi bahasa-bahasa di dunia ini pada tahun 1808. Kelompok kedua, adalah yang menggunakan akar kata sebagai dasar klasifikasi. Tokohnya, antara lain, franz bopp. Kelompok ketiga, adalah yang menggunakan bentuk sintaksis  sebagai dasar klasifikasi. Pakarnya, antara lain, H. Steinthal.
Pada abad ke XXada juga dibuat pakar klasifikasi morfologi dengan prinsip yang berbeda, misalnya, yang dibuat sapir (1921) dan j. greenerg (1954). Edward sapir menggunakan tiga parameter untuk mengklasifikasikan bahasa-bahasa yang ada di dunia ini. J. Greenberg mengembangkan gagasan sapir dalam suatu klasifikasi yang lebih bersifat kuantitatif yang mengajuka lima parameter.

3.4.3  Klasifkasi Areal
Klasifikasi areal dilakukan berdasarkan adanya hubungan timbale balik antara bahasa yang satu dengan bahasa lain di dalam suatu areal atau wilayah, tanpa memperhatikan apakah bahasa itu bekerabat secara genetic atau tidak.
Usaha klasifikasi berdasarkan areal ini pernah di lakukan oleh Wilhelm Schmidt (1868-1954) dengan bukunya die sprachfamilien und sprachenkreise der ende, yang di lampiri dengan peta.

3.4.4  Klasifikasi Sosiolinguistik
Historisitas berkenan dengan sejarah perkembangan bahasa atau sejarah pemakaian bahasa itu. Klasifikasi sosiolinguistik ini bukan satu-satunya klasifkasi sosiolinguistik, sebab kita dapat mempersoalkan bagaimana, misalnya keadaan dan status bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan di beberapa Negara-negara dikawasan asia yang begitu kompleks.

3.5  BAHASA TULIS DAN SISTEM AKSARA
Dalam bagian terdahulu sudah di sebutkan bahwa bahasa adalah sebuah system bunyi. Jadi, bahasa itu adalah apa yang di lisankan. Juga sudah disebutkan bahwa linguistik melihat bahasa itu adalah bahasa lisan, bahasa yang diucapkan, bukan yang dituliskan. Berkenaan dengan bahasa adalah juga menjadi objek linguistic padahal bahasa tulis dekat sekali hubungannya dengan bahasa. Begitulah, maka bagi linguistik bahasa lisan adalah primer, sedangkan bahasa tulis adalah sekunder. Bahasa lisan lebih dahulu ada dari pada bahasa tulis. Malah hingga saat ini masih banyak bahasa di dunia ini yang belum punya tradisi tulis. Artinya, bahasa ituhanya digunakan secara lisan, tetapi tidak secara tulisan. Dalam bahasa itu belum di kenal ragam bahasa tulisan, yang ada hanya ragam bahasa lisan
Meskipun dikatakan bahasa lisan adalah primer dan bahasa tulis sekunder, tetapi peranan atau fungsi bahasa tulis di dalam kehidupan modern sangat besar sekali. Bahasa tulispun sebenarnya merupakan “rekaman” bahasa lisan, sebagai usaha manusia untuk “menyimpan” bahasanya atau untuk bisa disampaikan kepada orang lain yang berada dalam ruang dan waktu yang berbeda.
Berbicara mengenai asal mula tulisan, hingga saat ini belum dapat dipastikan kapan manusia itu mulai menggunakan tulisan. Dulu banyak berkembang cerita-cerita mengenai kapan mulai adanya tulisan ini. Ada cerita ang menyatakan bahwa tulisan itu di temukan oleh Cadmus, seorang pangeran dari phunisia, dan yang membawanya ke yunani (lihat fromkim 1974).
Dalam pembicaraan mengenai bahasa tulis dan tulisan kita menemukan istilah-istilah huruf, abjad, alphabet, aksara, graf, grafem, alograf, dan juga kaligrafi dan gafiti. Huruf adalah istilah umum untuk graf dan grafem. Abjad atau alfabet adalah urutan huruf-huruf dalam suatu sistem aksara. Aksara adalah keseluruhan sistem tulisan, misalnya aksara latin, aksara arab, dan aksara. Graf adalah satuan kecil dalam aksara yang belum di tentukan statusnya. Grafem adalah satuan terkecil dalam aksara yang menggambarkan fonem, suku kata, atau morfem, tergantung dari system aksara yang bersangkutan. Alograf adalah varian dari grafem (bandingkan dengan alofon dalam fonologi dan alomorf dalam morfologi)
Gafiti adalah coret-coret di dinding, tembok, pagar, dan sebagainya dengan huruf-huruf dan kata-kata tertentu. Aksara latin adalah aksara yang tidak bersifat silabis.
Hubungan antara fonem (yaitu satuan bunyi terkecil yang dapat membedakan makna dalam suatu bahasa) dengan huruf atau grafem(yaitu satuan unsure terkecil dalam aksara) ternyata juga bermacam-macam.
Ada pendapat umum yang mengatakan bahwa ejaan yang ideal adalah ejaan yang melambangkan tiap fonem hanya dengan satu huruf atau sebaliknya setiap huruf hanya dipakai untuk melambangkan satu fonem.